Jumat, 31 Oktober 2014

Keberadaan Petugas Tol Tagih Kartu Survei Bikin Kaget

Keberadaan petugas itu baru terlihat saat kendaraan sudah berada di bawah jembatan. Pada Minggu (26/10) pagi saya masuk Tol Bekasi. Saya dari arah Bogor masuk ke Tol Jati Asih dll untuk menuju ke arah Tol Karawang Barat. Saat itu saya menerima kartu survei dari petugas tol. Kartu tersebut berwarna biru muda dan diserahkan begitu saja oleh petugas tol saat saya membayar tol.

Saya tidak mengerti apa maksud dan gunanya kartu survei tersebut. Saya bertanya kepada petugas tol. Jawabannya tidak jelas. Petugas itu hanya mengatakan itu merupakan kartu survei untuk diserahkan kepada petugas di tol berikutnya.

Saat masuk tol setelah membayar pada petugas, kemudian menuju Tol Bekasi saya sempat membaca sekilas tulisan di kertas yang diberikan, tertulis kartu survei. Saya tidak sempat melihat pengumuman soal kartu tersebut di tol. Saya tetap tidak mengetahui apa kegunaan kartu survei itu.

Ketika belok kiri untuk masuk Tol Cikampek, saya sempat khawatir melihat padatnya kendaraan. Kendaraan cukup menumpuk di turunan menuju Tol Cikampek tersebut. Saya berpikir mungkin karena Minggu, jadi tol ke luar kota ini pasti macet dan kendaraan menumpuk.

Namun, saya tertegun karena rupanya itu bukan macet akibat banyaknya kendaraan, melainkan karena ada petugas yang mengambil kartu survei yang tadi diberikan petugas saat membayar tol.Keberadaan petugas yang berdiri di bawah jembatan menuju Tol Cikampek itu membuat kendaraan melambat dan akhirnya kendaraan cukup banyak menunggu.

Ada sekitar dua atau tiga petugas berdiri di sisi kanan mengambil kartu survei. Ada lagi sekitar tiga petugas kalau tidak salah di sisi kirinya. Saya masih tidak mengerti apa sebenarnya yang dilakukan petugas itu dan apa gunanya kartu survei itu. Informasi soal kartu survei pun tidak saya temukan lagi di jalan Tol Cikampek hingga saya keluar di Tol Karawang Barat. Setelah itu, saya lupa soal kartu survei di tol.

Ternyata, saat kembali menuju Bogor, kalau tidak salah di pintu Tol Karawang Barat untuk masuk tol, atau di pintu tol berikutnya petugas tol kembali memberikan kartu survei. Karena kendaraan begitu padat, dan macet, saya tidak sempat lagi bertanya untuk apa kartu itu. Saya hanya memegangnya dan menyimpannya. Padatnya kendaraan tidak memungkinkan untuk bertanya lebih jauh.

Yang membuat agak terkejut ialah ketika akan masuk Tol Jagorawi. Saat kendaraan melaju kencang, ternyata ada petugas berdiri di bawah jembatan tol yang akan masuk Jagorawi. Petugas menagih kartu survei yang diberikan petugas di pintu tol sebelumnya. Terus terang saya agak terkejut karena keberadaan petugas itu membuat kendaraan yang tengah menurun dengan laju yang cukup kencang di tol tiba-tiba harus mengerem dan berhenti.

Keberadaan petugas itu baru terlihat saat kendaraan sudah berada di bawah jembatan. Semua kendaraan saat itu melaju cukup kencang karena tol Jagorawi sore itu dalam keadaan cukup lengang. Saya tetap tidak mengerti untuk apa kartu survei tersebut. Yang saya rasakan, saya cukup kaget dengan adanya petugas yang berdiri di sisi kanan jalan dan membuat kendaraan harus berhenti tiba-tiba saat akan masuk ke Tol Jagorawi. Kondisi itu tentu sangat berbahaya. Ani Bogor. Media Indonesia, 31/10/2014, Halaman : 11

Selasa, 28 Oktober 2014

Waspadai Angin Puting Beliung

BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga Jakarta dan sekitarnya untuk mewaspadai potensi bencana angin puting beliung. Bencana itu biasa terjadi pada masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan. BMKG memperkirakan masa transisi yang terjadi sejak awal Oktober lalu akan berlangsung hingga pertengahan November mendatang. “Sekarang sudah mulai hujan di Jakarta, Depok, Bogor, dan Tangerang. Berarti tanda-tanda masa transisi sudah mulai,“ kata Kepala Subbidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem BMKG Kukuh Ribudiyanto, kemarin.

Ia menjelaskan pada masa transisi terjadi hujan yang mencakup wilayah seluas 5 km dengan intensitas hujan tinggi, diikuti angin kencang dan puting beliung.Selain itu, ciri khasnya ialah ada nya petir.

“Masa transisi cakupannya tidak terlalu luas dan waktunya berbeda-beda atau tidak secara bersamaan. Sekarang yang harus diwaspadai ialah angin puting beliung. Kami mengimbau masyarakat agar waspada,“ jelasnya Bagi warga di daerah yang kemiringan tanahnya di atas 40% hingga 45%, ujarnya, juga harus mewaspadai bencana tanah longsor. “Karena sehabis (musim) kemarau, daya lengket tanah berkurang akibat kering. Ketika terjadi hujan deras, potensi longsor sangat besar,“ lanjut Kukuh Tidak merata Menurutnya, masa transisi dari kemarau ke musim hujan tidak terjadi merata. Hujan akan lebih dahulu terjadi di wilayah selatan lalu ke utara.

“Ada jeda waktu.Untuk Jakarta bagian selatan, ya itu Jakarta Selatan, Jakarta Timur bagian selatan, Depok, Bogor, Tangerang Selatan, terjadi pada pertengahan sampai akhir Oktober,“ paparnya Wilayah bagian barat, yang terdiri dari Jakarta Barat, Tangerang sampai Banten bagian utara, masa transisi terjadi awal November.

Sementara itu, untuk bagian utara, yaitu Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat bagian utara, Jakarta Timur bagian utara masuk di pertengahan November. BMKG juga memperkirakan puncak musim hujan akan terjadi pada Januari 2015 atau sama dengan puncak hujan sebelumnya, yaitu Januari 2014.

“Kondisi prakiraan musimnya normal, tentu puncaknya sama seperti sebelumnya. Siklus normal itu hampir sama dengan sebelumnya, rata-rata selama 30 tahun,“ jelas Kukuh. (AF/J-3) Media Indonesia, 28/10/2014, Halaman : 9

Jumat, 10 Oktober 2014

Banten Prioritaskan Infrastruktur Jalan

PEMERINTAH Provinsi (Pemprov) Banten memprioritaskan pembangunan infrastuktur jalan yang kewenangan pemerintah provinsi sepanjang 114,43 kilometer.Pada 2014 ini, disediakan dana sekitar Rp1,160 trilun. Targetnya, akhir tahun 2016 mendatang jalan-jalan yang menjadi kewenangan provinsi sudah mulus.

Pemprov Banten berkomitmen untuk membenahi infrastruktur jalan terus dilakukan. Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Banten Rano Karno menyatakan, Pemprov Banten memberikan perhatian besar pada pembangunan infrastruktur. Pasalnya, dirinya yakin pembangunan infrastruktur dapat memacu dan mempercepat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan mobilitas industri dan perdagangan, serta memperluas lapangan kerja.

Percepatan pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Banten berdasarkan amanat Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pembangunan Infrastruktur Jalan dengan Pengangaran Tahun Jamak.Menurut perda tersebut, terdapat enam ruang jalan yang menjadi urat nadi perekonomian masyarakat dan meningkatkan daya saing daerah, sehingga menjadi prioritas dalam pembangunan.

Keenam ruas jalan tersebut yaitu, ruas jalan Saketi¬Simpang Malingping, panjang ruas 61,98 kilometer (km), dengan target pembangunan sepanjang panjang 48,48 km lebar 7 m; ruas jalan Citeras-Tigaraksa panjang ruas 25,75 km, target panjang 19,75 km lebar 7 m; ruas jalan PakupatanPalima, panjang ruas 10,30 km, target 9,00 km lebar 28 m; ruas jalan Palima-Pasar Teneng, panjang ruas 40,73 km, target panjang 21,00 km lebar 7; ruas jalan Simpang muncul-Pamulang-Pajajaran-Otista panjang; ruas 10,10 km, target 10,10 km lebar 16 m; dan ruas jalan Hasyim Ashari panjang ruas 10,45 km, target 6,10 km lebar 14 m.

Wujud dari tekad Pemprov Banten tersebut, Plt Gubernur Banten Rano Karno melaksanakan pembangunan pertama atau ground breaking ruas Jalan Ruas Citeras di Kabupaten Lebak sampai dengan Tigaraksa di Kabupaten Tangerang.Ground breaking ditandai dengan penandatanganan kontrak dan pengoperasian fibro roller oleh Plt Gubernur Banten Rano Karno didampingi Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar di Tigaraksa, Tangerang pada 14 Agustus 2014 lalu.

Total biaya pembangunan Jalan Citeras¬Tigaraksa sebesar Rp147,9 miliar yang akan dikerjakan PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk. Anggaran tersebut untuk pembangunan jalan sepanjang 19,75 km dengan lebar badan jalan tujuh meter.Adapun target penyelesaian pekerjaan tersebut selama 18 bulan, yaitu tahun 2014 dan tahun 2016.

Plt Gubernur juga melaksanakan ground breaking ruas jalan provinsi menuju Banten Selatan sepanjang 45 km yang dimulai dari Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang hingga Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, pada 20 Agustus lalu.

Pembangunan jalan tersebut dilaksanakan dalam dua paket, paket pertama ruas Saketi Banjarsari dilaksanakan oleh PT Perumahan Pembangunan sepanjang 20 km dengan nilai kontrak Rp155,8 miliar. Sedangkan paket yang kedua ruas jalan Banjarsari-Malingping sepanjang 25 km dengan kontrak senilai Rp159,8 miliar yang dilaksanakan PT Nindya Karya Tbk.

Pembangunan ruas jalan Saketi-Malingping akan dilaksanakan selama 18 bulan atau akan selesai pada pertengahan 2016. Kepala Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Husni Hasan menjelaskan, pembangunan ruas-ruas jalan tersebut menggunakan teknologi beton wire mesh, yaitu gelaran beton dengan mengguna kan tulangan besi. Kete balan beton sekitar 27 cm.

Kontruksi itu, setara dengan konstruksi jalan tol, yang tdapat mendukung muatan sumbu terbesar (MST) 8 . ton. Pembangunan Jalan Citeras¬Tigaraksa dan ruas a jalan Saketi-Malimping, dibarengi dengan perluas an lahannya. Tujuannya n yaitu, untuk meningkatkan kapasitas jalan, meningkat kelancaran dan kesela matan aksesibilitas, serta mampu mempercepat dan nmeningkatkan pembangun an ekonomi.

“Pembangunan jalan ini merupakan prioritas yang tertuang dalam RPJMD Ban ten 2012-2017 dan amanat Perda No 2 Tahun 2012 tentang Percepatan Pemba ngunan Infrastruktur Melalui Anggaran Tahun Jamak,“ ujar Husni.

Pembangunan jalan tersebut, sambungnya, diharapkan bisa meningkatkan kapasitas jaringan jalan dan konektivitas antarwilayah serta menekan angka kecelakaan. Selain itu, pembangunan jalan juga diharapkan bisa meningkatkan daya saing masyarakat dan untuk mendukung masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) dalam mendorong pengembangan kawasan pendukung di Banten.

Percepatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan dibiayai melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Provinsi Banten. Dalam pelaksanaannya dilakukan melalui dua pendekatan sistem penganggaran. Pertama, Pemprov menetapkan anggaran pembangunan infrastruktur tahun jamak.Anggaran ini ditujukan antara lain untuk perce patan pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana transportasi serta pembebasan lahannya secara menyeluruh pada ruas jalan tertentu. Kedua, Pemprov menetapkan anggaran pembangunan infrastruktur secara reguler per tahun, yang ditujukan untuk pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana transportasi, rehabilitasi, dan pemeliharaan jalan dan jembatan, serta rehabilitasi fasilitas infrastruktur di daerah-daerah yang tertimpa bencana alam.

Rano Karno berharap masyarakat bisa mendukung pembangunan infrastruktur tersebut dengan ikut mengawal dan mengawasi pelaksanaan pembangunan di Banten.

Ia juga berharap kepada masyarakat dan pengguna jalan untuk menjaga dan memelihara jalan agar tonase kendaraan yang lewat tidak melebihi kemampuan jalan. “Semakin baik jalan di Banten, perekonomian juga semakin baik,“ tutur Rano Disambut Warga Ahmadin, salah seorang warga Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, mengaku senang akan diperbaikinya Jalan Citeras-Tigaraksa.
“Mudah-mudahan saja dengan adanya perbaikan, akses masyarakat menjadi lebih mudah dan nyaman. Kami berharap perekonomian masyarakat pun menjadi terdorong naik karena jalan yang sudah bagus,“ harapnya.

Pernyataan senada juga dilontarkan Salimah, warga Cisoka, Kabupaten Tangerang. Ia mengaku gembira dengan ada perbaikan Jalan Citeras-Tigaraksa.“Kami sangat menyambut positif pembangunan jalan yang dilakukan Pemprov Banten ini,“ katanya.
Sementara itu, Bupati Tangerang Ahmad Zaki Iskandar mengucapkan terima kasih atas pembangunan ruas jalan Citeras Tigaraksa.
“Saya berharap, pembangunan jalan ini bisa selesai dengan baik, dan pembangunannya merupakan tanggung jawab semua pihak, antara pemerintah dan seluruh komponen masyarakat,“ pungkasnya.

Pernyataan senada disampaikan Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya. Ia menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Pemprov Banten yang berkomitmen untuk melaksanakan pembangunan jalan SaketiMalingping.

“Akses jalan yang bagus, diharapkan akan memperlancar akses dan kegiatan ekonomi masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat,“ harapnya.(S-25) Media Indonesia, 9/10/2014, hal : 11

Sabtu, 04 Oktober 2014

Blue Bird Tawarkan Saham Rp7.200-Rp9.300

PT Blue Bird Tbk, perusahaan jasa transportasi yang memiliki 15 anak perusahaan, bersiap melepas 531.400.000 lembar saham perdana. Harga saham ditawarkan dalam kisaran Rp7.200-Rp9.300 per lembar. “Saham yang kami tawarkan kepada publik ialah sampai dengan 20% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor perseroan setelah penawaran umum,” ujar Presiden Direktur PT Blue Bird Tbk Purnomo Prawiro dalam konferensi pers penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO), di Jakarta, kemarin.

Menurut Purnomo, separuh hasil IPO akan digunakan untuk belanja modal termasuk pembelian kendaraan dan akuisisi pool. Kemudian, sebanyak 35,71% untuk melunasi pinjaman dan 14,29% dipakai sebagai modal kerja perseroan dan entitas anak. Dengan kisar an harga Rp7.200Rp9.300 per lembar saham, Blue Bird bisa meraup sekitar Rp3,83 triliun-Rp4,94 triliun.

Pelepasan saham melalui IPO, lanjut Purnomo, memberi kesempatan pengemudi dan karyawan Blue Bird untuk bisa memiliki sebagian saham perusahaan. “Para pelanggan juga bisa mengambil saham kami dan kita tingkatkan profesionalisme bersama.“

Demi meningkatkan sebaran permintaan dan distribusi saham, perseroan menggelar penawaran terbatas saham yang akan dilepas ke luar negeri. “Singapura, Kuala Lumpur, Hong Kong, Eropa, dan Amerika Serikat merupakan target pemasaran saham kami,” ujar Purnomo.
IPO akan dilakukan pada 24-28 Oktober sehingga ditargetkan pada 3 November 2014 tercatat di bursa efek. Direktur Keuangan Blue Bird Robert R Rerimasie mengatakan jajak pasar untuk investor lokal dimulai kemarin, sedangkan untuk investor asing dimulai Senin (6/10). PT Credit Suisse Securities Indonesia, PT Danareksa Sekuritas, dan PT UBS Securities Indonesia ditunjuk sebagai penjamin emisi efek.

Direktur Blue Bird Sigit Priawan Djokosoetono ber ke yakin an rekam jejak perusahaan yang positif akan menarik minat investor.
“Pendapatan bersih perusahaan pada April tahun ini naik 31,6% menjadi Rp1,47 triliun dari April tahun lalu sebesar Rp1,12 triliun. Selain itu, pendapatan bersih pada tahun lalu mencapai Rp3,92 triliun.” Blue Bird beroperasi di 17 lokasi di Indonesia dalam jasa taksi reguler, limosin, ataupun penyewaan mobil, dengan pangsa pasar sekitar 33%. (Mus/E-1) Media Indonesia, 4/10/2014, halaman : 18